PC LDII Cempaka Putih Gelar Buka Puasa Bersama

Jakarta (24/3). Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) An-Naafiu bersama PC LDII Cempaka Putih menggelar acara “Buka Puasa Bersama 2025” sebagai ajang mempererat ukhuwah Islamiyah dan memperdalam makna ibadah di bulan suci Ramadan. Acara yang berlangsung di Masjid An-Naafiu ini mengangkat tema 5 Sukses Ramadan.

Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua DKM An-Naafiu, Aris Triarso, yang menekankan pentingnya menjadikan bulan Ramadan sebagai momen refleksi dan perbaikan diri. Selanjutnya, Ketua DPD LDII Jakarta Pusat, Purwanto Hadi, menyampaikan tausiah yang mengajak para peserta untuk mengevaluasi perjalanan ibadah mereka selama setengah bulan Ramadan.

“Alhamdulillah, kita telah menjalani setengah perjalanan bulan Ramadan. Saatnya kita mengevaluasi, sejauh mana tadarus kita, begitu pula ibadah lainnya seperti dzikir, sedekah, dan salat sunnah. Yang tahu itu diri kita sendiri,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya iktikaf, yaitu berdiam diri di masjid untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Namun, ia menambahkan bahwa Lailatulqadar dapat diraih di mana saja, tidak terbatas di dalam masjid. Sebagai motivasi, ia mengajak para hadirin untuk membayangkan bahwa Ramadan kali ini bisa menjadi yang terakhir agar mereka lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah.

“Bayangkan jika Ramadan kali ini adalah yang terakhir bagi kita. Tentu kita akan berusaha mengejar pahala sebanyak-banyaknya. Namun, tentu kita juga harus berdoa agar diberikan umur panjang dan keberkahan,” pesannya.

Ia mengutip sabda Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?” Nabi menjawab, “Manusia yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Sebaliknya, manusia yang paling buruk adalah mereka yang panjang umurnya tetapi diisi dengan amalan yang buruk.”

Dalam tausiahnya, ia juga menyampaikan kisah inspiratif dari sahabat Thalhah tentang dua orang yang masuk Islam bersama. Salah satunya wafat dalam perang, sementara yang lain meninggal secara biasa setahun kemudian. Namun, Nabi Muhammad SAW menyampaikan bahwa derajat orang yang meninggal belakangan lebih tinggi karena ia masih sempat menjalani Ramadan dan memperbanyak ibadah.

Tausiah juga menyoroti keutamaan bulan Ramadan sebagai bulan penuh ampunan. “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” Malam Lailatulqadar, yang lebih baik dari seribu bulan, juga menjadi pembahasan utama dalam tausiyah, mengingatkan jamaah untuk meningkatkan ibadah dan mempersiapkan diri meraih keutamaannya.

Di penghujung tausiah, ia mengingatkan pentingnya menunaikan zakat fitrah serta zakat mal bagi yang hartanya telah mencapai nisab sebagai bentuk penyucian diri dan kepedulian terhadap sesama. (Penulis: Thoyib Abdullah)

 

Oleh: T@ (contributor) / Firdaus (editor)

Kunjungi berbagai website LDII

DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *