LDII Jambi Ikuti Forum Strategis Rembuk Merah Putih BNPT
Jambi (13/7). Biro Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPW LDII Provinsi Jambi, Erwin Susalit dan Biro Hubungan Antar Lembaga, Ali Mustofa, mengikuti “Forum Strategis Rembuk Merah Putih”, yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Keduanya merupakan Dewan Guru Ponpes Tawakkal Jambi yang didelegasikan untuk menghadiri kegiatan di Gedung Pola Gubernur Jambi, pada Rabu (9/7). Kegiatan tersebut fokus pada penguatan literasi kebangsaan dan deradikalisasi melalui pendekatan edukatif.
Forum tersebut menghadirkan pakar deradikalisasi Solehuddin, yang memaparkan modus radikalisme dalam merekrut anggota. “Kelompok teroris sering membenturkan hukum Islam dengan hukum nasional. Mereka mengutip ayat Al Quran secara parsial, seperti Surah Al-Ma’idah Ayat 44, tanpa konteks komprehensif,” tegasnya.
Solehuddin menegaskan pentingnya pemahaman kontekstual. “Ayat tentang hukum Allah harus dipahami sebagai prinsip keadilan, bukan alat menghakimi sistem hukum negara,” pungkasnya.
Ia mengutip QS. Thaha: 43-44 sebagai panduan dakwah. “Berbicaralah dengan kata-kata lemah lembut kepada siapapun, termasuk otoritas seperti Firaun,” kata Solehuddin.
Narasumber kedua, Firman Satria, ahli komunikasi media, menekankan peran strategis pendidik dalam kontra narasi radikal. “Guru harus aktif menyebarkan konten positif melalui feature jurnalistik yang akurat. Literasi media adalah senjata ampuh melawan disinformasi,” ujarnya seraya mengajak prinsip saring sebelum sharing.
Melalui forum tersebut, LDII Jambi berkomitmen mewujudkan prinsip moderat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Saling menghargai dan memahami, serta mewujudkan cinta tanah air,” tandas anggota Biro Hubungan Antar Lembaga DPW LDII Jambi, Ali Mustofa,
Ali melanjutkan, “Rembuk Merah Putih”, bukan sekadar forum diskusi, melainkan groundbreaking movement yang menyatukan kekuatan negara, agamawan, dan pendidik dalam merajut imunitas bangsa.
“Ketika guru-guru pesantren menjadi garda terdepan literasi kontekstual, dan BNPT membuka ruang dialog progresif, lahirlah benteng ideologi yang tak tergoyahkan. Generasi yang religius tanpa radikal, kritis tanpa kekerasan, dan mengakar pada khittah Pancasila. Kolaborasi inilah senjata pamungkas memutus mata rantai radikalisme di tanah air,” tutupnya.
Oleh: FF (editor)
Kunjungi berbagai website LDII
DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng