Dahnil Anzar: Ancaman Kedaulatan Tak Hanya Soal Militer

Jakarta (13/9). DPP LDII menggelar Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta, Sabtu, 23 Agustus 2025. Acara itu menghadirkan Juru Bicara Presiden Prabowo sekaligus Wakil Kepala BPH RI, Dahnil Anzar Simanjuntak, sebagai pembicara utama.

Dahnil menyebut Indonesia menghadapi dua titik ekstrem dalam menjaga kedaulatan. Pertama, munculnya ide agnostik negara atau pandangan yang menilai negara tidak penting. Kedua, radikalisasi agama yang memandang negara sebagai berhala.

Ia menegaskan ancaman kedaulatan bangsa tidak hanya datang dari ideologi, melainkan juga persoalan pangan, air, dan energi. Menurutnya, pertahanan tidak sebatas kekuatan tank dan senjata, tetapi juga kesiapan menghadapi krisis di sektor non-militer. “Kalau kita kalah di pangan, energi, dan teknologi, kita bisa kalah tanpa perang,” kata Dahnil.

Dalam forum itu, ia menyinggung pernyataan Presiden Prabowo pada 2014 yang telah mengingatkan ancaman non-militer di masa depan. Dahnil mengutip survei internasional dari The Economist pada 2018 yang memprediksi Amerika Serikat dan Eropa menjadi kawasan paling siap menghadapi krisis pangan pada 2035.

“AS belum menguras energi domestiknya, tapi sudah mengamankan cadangan lewat kendali di Timur Tengah. Eropa merevitalisasi pertaniannya. Mereka jauh lebih siap. Kalau kita tidak serius mengurus pangan dan air, kedaulatan kita akan goyah,” ujarnya.

Dahnil mendorong pesantren-pesantren LDII menjadi pionir menjawab tantangan tersebut. Menurutnya, pesantren tidak boleh hanya fokus pada pengajaran agama, melainkan juga berkembang menjadi pusat riset pangan, energi terbarukan, dan teknologi terapan. Ia mencontohkan, beasiswa luar negeri perlu diarahkan tidak hanya untuk studi fiqih, tetapi juga untuk bidang sains dan teknologi.

Ia menilai LDII memiliki posisi unik dalam lanskap ormas Islam di Indonesia. Jika Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama berperan meramu nilai Islam ke dalam kebangsaan sebelum kemerdekaan, LDII disebut mengoperasionalkan nilai-nilai itu di tingkat praktik. “LDII ini sudah produk jadi. Tinggal bagaimana generasi mudanya mampu mengimplementasikan warisan itu dalam konteks tantangan kontemporer,” kata Dahnil.

Menurutnya, perjalanan panjang LDII menunjukkan organisasi ini mampu memadukan nilai Islam dengan Pancasila serta melaksanakan nilai kebangsaan secara konsisten. Ia menyebut LDII sebagai ormas Islam otentik Indonesia yang lahir dari proses politik nasional.

Dahnil juga menyinggung perjalanan LDII yang pernah mendapat stigma dan tuduhan sesat. Namun, ia melihat generasi muda LDII memiliki peluang besar membalik sejarah dengan memperkuat identitas kebangsaan. “Kekuatan sejati LDII ada pada kemampuannya memadukan Islam dengan semangat kebangsaan secara konsisten. Ini warisan yang harus dihidupkan kembali,” ujarnya.

Ia menekankan Islam paling ideal tumbuh di Indonesia, termasuk dalam tubuh LDII. Islam di Indonesia, lanjutnya, mampu bersenyawa dengan Pancasila tanpa menegasikan keberagaman. Ia mengibaratkan Pancasila sebagai air dan minyak yang berbeda, tetapi tetap berada dalam satu lingkaran. “Kunci Pancasila adalah dialog dan penghormatan. Itu modal pertahanan bangsa kita,” kata Dahnil.

Menutup paparannya, Dahnil mengapresiasi LDII yang memberi ruang luas bagi generasi muda mengekspresikan diri di media sosial. Ia menilai langkah itu sebagai cara adaptif menghadapi era digital sekaligus menyebarkan nilai Islam yang ramah dan nasionalis. “Saya senang LDII agresif memberi anak muda ruang berekspresi di sosmed. Ini cara cerdas agar dakwah Islam tetap relevan dengan zaman,” ujarnya.

Oleh: Agus Irawan (contributor) / Fachrizal Wicaksono (editor)

Kunjungi berbagai website LDII

DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng

Leave a Reply

Your email address will not be published.