LDII Fakfak Dukung Pencegahan HIV/AIDS

Fakfak (29/12). Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Fakfak menekankan pentingnya pola hidup sehat, kesetiaan dalam pernikahan, serta menjauhi perilaku berisiko sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS. Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi HIV/AIDS yang digelar di Kampus Perguruan Tinggi Administrasi Asafia, Kota Fakfak, Senin (3/11).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari sektor kesehatan, yakni Megawati dari RSUD Fakfak, serta Nani Sri Untari selaku Kasi P2P Menular sekaligus Penanggung Jawab Program HIV Kabupaten Fakfak. Dalam pemaparannya, para narasumber menjelaskan bahwa stigma negatif terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih menjadi tantangan utama dalam upaya pencegahan dan pengobatan. “Stigma tersebut antara lain dipicu oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan HIV, anggapan bahwa HIV hanya menyerang kelompok tertentu, serta ketakutan berlebihan akibat kesalahpahaman,” ujar Megawati.
Nani Sri Untari menjelaskan bahwa stigma berdampak serius bagi ODHA. “Banyak pasien merasa dikucilkan, mengalami stres, bahkan menyembunyikan status kesehatannya dan enggan berobat karena takut dipermalukan. Kondisi ini justru menghambat pencegahan dan penanganan HIV/AIDS,” ujarnya.
Untuk mengurangi stigma, ia menekankan perlunya kampanye nyata melalui media poster, video, dan media sosial, serta penyuluhan langsung di masyarakat dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, ketua RT, dan aparat keamanan.
Sementara itu, Ketua LDII Fakfak Abu Thalib Rumagesan, yang turut menjadi pemateri, menyampaikan pandangan pencegahan HIV/AIDS dari perspektif agama. Menurutnya, ajaran agama mendorong umat untuk menerapkan gaya hidup sehat, setia kepada pasangan dalam pernikahan, serta menjauhi perilaku berisiko. “Pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan menjauhi perbuatan maksiat seperti zina atau seks bebas dan penyalahgunaan narkoba. Kesetiaan dalam pernikahan dan menjaga diri sebelum menikah adalah langkah penting,” kata Abu Thalib.
Ia menambahkan bahwa sebagian masyarakat memandang HIV/AIDS sebagai hukuman Tuhan, sementara pandangan lain menilainya sebagai ujian yang memerlukan ikhtiar medis dan spiritual. “Yang terpenting adalah upaya pencegahan dan pengobatan. Membiasakan ibadah, termasuk puasa sunah, dapat menjadi bagian dari pengendalian diri agar terhindar dari perilaku berisiko,” ujarnya.
Melalui sosialisasi ini, LDII Fakfak berharap dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, menghapus stigma terhadap ODHA, serta mendukung program pemerintah daerah dalam memutus mata rantai penularan HIV/AIDS di Kabupaten Fakfak.
Oleh: Agus Irawan (contributor) / Nisa Ulkhairiyah (editor)
Kunjungi berbagai website LDII
DPP, DPP, Bangkalan, Tanaroja, Gunung Kidul, Kotabaru, Bali, DIY, Jakpus, Jaksel, Jateng, Kudus, Semarang, Aceh, Babel, Balikpapan, Bandung, Banten, Banyuwangi, Batam, Batam, Bekasi, Bengkulu, Bontang, Cianjur, Clincing, Depok, Garut, Jabar, Jakarta, Jakbar, Jakut, Jambi, Jatim, Jayapura, Jember, Jepara, BEkasi, Blitar, Bogor, Cirebon, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Kalteng, Karawang, Kediri, Kendari, Kepri, ogor, Bogor, Kutim, Lamongan, Lampung, Lamtim, Kaltim, Madiun, Magelang, Majaelngka, Maluku, Malut, Nabire, NTB, NTT, Pamekasan, Papua, Pabar, Pateng, Pemalang, Purbalingga, Purwokerto, Riau, Sampang, Sampit, Sidoarjo, Sukoharjo, Sulbar, Sulsel, Sultra, Sumbar, Sumsel, Sumut, Tanaban, Tangsel, Tanjung Jabung Barat, Tegal, Tulung Agung, Wonogiri, Minhaj, Nuansa, Sako SPN, Sleman, Tulang Bawang, Wali Barokah, Zoyazaneta, Sulteng
