LDII Hadiri Kajian Ilmiah Moderasi Beragama MUI Mimika

TIMIKA (30/6) – Pengurus DPD LDII Kabupaten Mimika yakni Ketua Bagian Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) Ust. Ahmadun didampingi Ust. Lanjar Eko Susilo menghadiri undangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka Kajian Ilmiah Moderasi Beragama bertemakan “Moderasi Beragama Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa”. Kajian yang dirangkaikan Anugerah Prestasi MUI Mimika Hafidz dan Hafidzah Alquran 30 Juz ini bertempat di Aula Cenderawasih, Hotel Serayu, Jalan Yos Sudarso, Kota Timika, Papua, 22/6.

Kegiatan ini untuk menyambut milad MUI ke-47 yang diikuti oleh para pengurus DKM dan organisasi wanita Islam di Timika. Ketua MUI Kabupaten Mimika, Ust. Muhammad Amin menjelaskan moderasi beragama perlu ada kajian ilmiah khusus bagi umat Islam di mana perlu adanya cara pandang beragama yang lebih moderat. “Artinya kita mengambil jalan tengah dan kita ini sama dalam pandangan Allah, pandangan Tuhan kita ini sama-sama hamba Tuhan jadi tidak ada yang bernilai lebih. Yang nilai lebih itu adalah yang bertakwa,” kata Ust. Amin.

Untuk membangun harmoni kebersamaan antar umat beragama di Kabupaten Mimika, pihaknya mendatangkan khusus pembicara utama dari Makassar. Yakni Dr Ir H Abdul Aziz Qahar Mudzakkar M.Si yang merupakan Anggota DPD RI tiga periode dan Ketua Umum HMI Cabang Ujung Pandang (1987-1988). “Karena kita di Timika heterogen, bagaimana membangun kebersamaan ini sehingga betul-betul kita tidak hanya jadi slogan atau aksesoris, tapi betul-betul menjadi hakekat kebersamaan dari moderasi beragama ini. Jadi sekali lagi moderasi beragama bukan agamanya yang dimodernkan tetapi cara pandang keagamaan kita kedepannya,” ujarnya.

 

Ust. M.Amin berharap melalui kegitan ini umat Islam paham dan tentu tidak menginginkan ada kelompok-kelompok lain di dalam negara ini, semua harus diakomodir dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Harapan kita umat Islam agar berpikir wasathiyah artinya berpikir tengah, tidak ke kiri itu PKI ke kanan itu aliran sesat jadi kita mengambil jalan tengah,” ungkapnya.

Selain kegiatan kajian, kegiatan tersebut juga diisi dengan penyerahan teropong hilal dari umat Islam di Mimika untuk pihak MUI. Alat ini nantinya bisa untuk menentukan arah kiblat juga untuk memantau hilal. “Hilal itu bulan sabit dan itu penting bagi kita umat Islam supaya tidak jadi polemik setiap tahun. Kita bisa memberikan informasi ke Jakarta bahwa di Timika terlihat hilal atau tidak terlihat hilal melalui alat tersebut,” pungkasnya.

 

Oleh: S29Mus_SULSEL9.1A_MUSLIMIN_081343923860 (contributor) / rully kuswahyudi (editor)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *