Gubernur Khofifah Ajak Umat Bergandeng Tangan di Diklat Dai LDII Jatim
Surabaya (4/7). Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan pengarahan dalam acara Diklat Dai Angkatan VII yang digelar DPW LDII Jawa Timur, di Pondok Pesantren Sabilurrosyidin Annur Gayungan, Sabtu (18/6).
Gubernur Jawa Timur dalam awal sambutannya mengucapkan terima kasih karena bisa berbagi informasi dan bertemu dengan para peserta. “Sore ini Allah mempertemukan kita secara fisik dan virtual, ini adalah sinkronisasi dakwah kita bersama,” ujarnya.
Khofifah berpesan karena Indonesia itu luas dan jumlah penduduknya banyak. “Kita harus bergandeng tangan untuk meramut umat. Banyak hal yang harus kita lakukan,” jelasnya.
Dalam pengantarnya, Khofifah mengutip surat An-Nahl ayat 125. Ada tiga kaidah dalam berdakwah yaitu dengan hikmah, mauidzah al-hasanah (pelajaran yang baik), dan mujadalah (mendebat dengan cara yang baik). Menurut Khofifah hoax, bully dan ujaran kebencian yang kerap muncul menyebabkannya menjadi tidak hikmah. Sekarang ini mencari mauidzah al-hasanah dan juga bisa diteladani tidak mudah.
“Tiga kaidah itu harus diintegrasikan dalam digital IT, maka semua diantara kita harus beradaptasi dengan percepatan perubahan IT,” ujarnya.
Menurut Khofifah proses mujadalah banyak berlangsung di ranah sosial media. “Digitalisasi bidang dakwah itu PR kita bersama,” tegasnya. Berdakwah bagi Khofifah membutuhkan adaptasi. “Kita harus bangun lompatan-lompatan adaptasi termasuk pengelolaan organisasi dan didalamnya ada dakwah,” jelasnya.
Khofifah kembali mengutip Alquran surat At-Taubah ayat 122 yang menyebut tentang tafaqquh fiddin (memperdalam pengetahuan mereka tentang agama) dan liyundziru qoumahum (untuk memberi peringatan kepada kaumnya). “Disini tugas kita sebagai dai-daiah itu adalah bagian dari liyundziru qoumahum, masyarakat harus mendapat pendamping, pembinaan, dan panduan dalam bentuk apapun,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu Khofifah berbagi cerita tentang Mufassir asal Syiria yang datang tiga kali ke Indonesia. Banyak bukunya yang dijadikan referensi oleh pondok pesantren. Mufassir tersebut menyampaikan keluh kesahnya bahwa dirinya tidak bisa menggerakan umat liyundziru qoumahum karena menunggu orang membaca kitabnya.
“Model LDII, Muhammadiyah, NU ini adalah remote system. Jangan begini, tidak boleh, jangan begini, haram, ini harus dilakukan,” jelasnya. Khofifah juga sedikit menyinggung soal renewable energy dunia. “Saya rasa LDII yang ada di depan tentang hydropower. Artinya program renewable energy LDII bisa disampaikan di berbagai titik,” ujarnya.
Banyak orang yang baru memulai hydropower dan sadar bahwa energi berbasis fosil harus mulai dikurangi. “Pada posisi seperti ini liyundziru qoumahum tugas dai-daiah memantau masyarakat dalam beragama yang benar,” jelasnya. Khofifah melanjutkan, tidak banyak fukaha (ahli hukum Islam).
“Ayat ini menyebut jangan semua ke medan perang harus ada yang tafaqquh fiddin. Pesantren-pesantren LDII sudah memberikan referensi itu,” ungkapnya.
Gubernur Jawa Timur itu mengajak bersama-sama dakwah bil maal (pendekatan dengan sistem ekonomi), bil lisan dan bil hal. Menurutnya, yang terpenting dakwah bil maal bisa dilakukan semaksimal mungkin. Khofifah menambahkan presentasi banyak hal mengenai digitalisasi UKM, perkembangan keuangan Negara Islam, 10 negara dengan ekonomi terbesar tahun 2050 menurut Pricewaterhousecooper, Peluang bisnis Produk Halal jatim, Sipahala (sistem Informasi Produk Halal) dan Halal Centre.
Di akhir paparannya Gubernur Jawa Timur tersebut mengucapkan terima kasih atas dukungan warga LDII. “Jadi saya sebagai pembawa mandat, akuntabilitas ini saya sampaikan. Dulu sangat banyak warga LDII mendukung, kami menjaga mandat, amanat dan bekerja dengan ridha Allah SWT,” pungkasnya.
Oleh: Sofyan Gani (contributor) / FF (editor)