Laksanakan Program Ketahanan Pangan, LDII Tanah Laut Beri Edukasi Peternak Kambing

Tanah Laut (12/8). Ketahanan pangan menjadi isu penting akhir-akhir ini. Apalagi disaat pandemi Covid-19, disaat ekspor-impor sangat dibatasi, maka ketahanan pangan suatu negara menjadi prioritas utama. Pangan tidak hanya sebatas bahan pokok seperti beras, singkong, dan sagu. Namun juga sumber protein hewani dari ternak kambing.

Khusunya di Kabupaten Tanah Laut, potensi untuk beternak kambing sangat terbuka lebar. Selama ini, Kalimantan Selatan masih mendatangkan ribuan kambing per bulan dari luar pulau. Hal ini menandakan populasi kambing di Kalimantan Selatan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan daging kambing konsumsi.

Berdasarkan latar belakang itulah, Anton Kuswoyo, S.Si., M.T., Ketua Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Tanah Laut menjalankan program ketahanan pangan, yang merupakan satu dari delapan klaster program unggulan LDII. Tujuh klaster lainnya yaitu wawasan kebangsaan, keagamaan dan dakwah, pendidikan, ekonomi syariah, kesehatan dan herbal, energi baru terbarukan, dan teknologi digital.

Dirinya pun sejak 2017 giat melakukan berbagai edukasi dan pelatihan ke desa-desa terutama dalam hal pembuatan pakan kambing fermentasi untuk kambing. Termasuk beberapa hari yang lalu, Anton memberikan pelatihan pembuatan pakan kambing fermentasi kepada Kelompok Tani Hutan (KTH) Desa Benua Tengah, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut.

KTH Desa Benua Tengah ini terdiri dari 30 anggota yang giat beternak kambing. Namun, disaat musim kemarau, para peternak kambing ini kesulitan mencari pakan kambing. Anton pun diundang untuk memberi pelatihan pembuatan pakan kambing fermentasi untuk mengatasi masalah kesulitan pakan kambing.

Dalam pelatihannya, Anton menyampaikan bahwa pakan kambing fermentasi ini dapat dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar peternak. Jadi lebih efektif dan efisien. Bahannya terdiri dari rumput-rumputan, daun-daunan, limbah pertanian maupun perkebunan, bekatul, probiotik, dan molase. Misalnya limbah pertanian dan perkebunan yang selama ini dibuangn begitu saja, dapat diolah menjadi pakan kamabing fermentasi. Sebut saja tongkol jagung, tebon jagung, batang singkong, daun pisang, dan lain-lain.

Anton menjelaskan, tahan awal pembuatan pakan fermentasi yaitu dengan mencacah semua bahan menjadi bagian yang kecil-kecil, ukuran sekitar 2 cm. Bahan baku yang telah dicacah kemudian ditaburi dengan bekatul, lalu disiram dengan air yang sudah diberi probiotik dan molase.

Selanjutnya bahan pakan tadi diperam dalam wadah tertutup (kedap udara) selama 21 hari. Wadah tertutup ini bisa berupa drum plastik, maupun kantong plastik yang tebal. Pakan fermentasi ini dapat disimpan hingga berbulan-bulan lamanya, sehingga menjadi solusi disaat kemarau dan sulit rumput. Selain itu, kandungan nutrisinya juga baik untuk kambing, karena bahan bakunya terdiri dari kombinasi berbagai jenis rumput dan limbah pertanian. Ketua KTH Desa Benua Tengah, Haji Sukamto, mengaku senang mendapat pelatihan ini.

“Alhamdulillah kami mendapat pengetahuan baru, selain tentang pembuatan pakan fermentasi, Pak Anton juga menjelaskan tentang berbagai jenis pakan kambing beserta kandungan nutrisinya”, kata Sukamto. Dirinya kini optimis tidak khawatir kesulitan memenuhi pakan kambing di saat kemarau tiba nanti. Selain melatih pembuatan pakan fermentasi, Anton juga memberi edukasi seputar peternakan kambing.

Menurutnya, kunci sukses beternak kambing itu ialah memiliki ilmu tatacara betenak kamabing dan memiliki bank pakan. Bank pakan yang dimaksud yaitu persediaan pakan yang cukup dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan ternak. Bank pakan ini bisa berupa tanaman hijauan pakan ternak (HPT) maupun sumber bahan pakan dari limbah pertanian. Yang penting suplainya kontinyu dan mencukupi. “Selama ini mayoritas peternak kambing hanya mengandalkan rumput liar sebagai pakan kambing, masih sangat jarang yang mau menanam berbagai hijauan pakan ternak seperti gamal, Indigofera, kaliandra, rumput pakchong, odot, dll. Padahal rumput liar nutrisinya sangat rendah, sedangkan tanaman hijauan jauh lebih tinggi dan lengkap nutrisinya”, kata Anton. (AK).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *